Sepakbola, olahraga yang dijuluki "the beautiful game," telah menjadi fenomena global yang menyatukan jutaan orang dari berbagai belahan dunia. Namun, di balik glamor dan euforia Piala Dunia, terdapat kisah-kisah gelap yang melibatkan skandal besar. Beberapa negara ternama pernah terjerat dalam KURSI777 kontroversi yang menggores sejarah sepakbola. Mulai dari korupsi, pengaturan skor, hingga kecurangan dalam proses seleksi tuan rumah, skandal-skandal ini meninggalkan noda yang sulit dihapus. Berikut adalah lima negara yang pernah terlibat skandal besar dalam gelaran Piala Dunia.
Italia (1934): Dukungan Mussolini dan Kecurangan di Piala Dunia
Piala Dunia 1934, yang diselenggarakan di Italia, menjadi salah satu edisi paling kontroversial dalam sejarah sepakbola. Saat itu, Benito Mussolini, pemimpin fasis Italia, menggunakan turnamen ini sebagai alat propaganda untuk mempromosikan kekuasaannya. Mussolini dikabarkan memberikan tekanan besar pada federasi sepakbola Italia (FIGC) dan wasit untuk memastikan kemenangan timnas Italia.
Beberapa laporan sejarah menyebutkan bahwa wasit sering kali memihak Italia dalam pertandingan-pertandingan krusial. Misalnya, dalam pertandingan semifinal melawan Austria, wasit asal Swedia, Ivan Eklind, diduga menerima instruksi langsung dari Mussolini untuk memenangkan Italia. Italia akhirnya menjuarai Piala Dunia 1934, tetapi kemenangan ini diwarnai oleh tuduhan kecurangan dan intervensi politik.
2. Argentina (1978): Piala Dunia di Bawah Rezim Militer yang Brutal
Piala Dunia 1978 yang diadakan di Argentina menjadi salah satu turnamen paling politis dalam sejarah. Saat itu, Argentina dipimpin oleh junta militer yang dipimpin oleh Jenderal Jorge Videla. Rezim ini dikenal karena pelanggaran hak asasi manusia yang masif, termasuk penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap ribuan warga Argentina.
Turnamen ini dianggap sebagai upaya junta militer untuk membersihkan citra mereka di mata internasional. Ada dugaan bahwa Argentina memanipulasi hasil pertandingan, terutama dalam babak grup melawan Peru. Argentina membutuhkan kemenangan dengan selisih empat gol untuk melaju ke final, dan mereka berhasil mengalahkan Peru dengan skor 6-0. Banyak spekulasi bahwa pertandingan ini diatur, termasuk tuduhan bahwa Peru sengaja mengalah demi kepentingan politik.
Jerman Barat (1982): Skandal "Non-Aggression Pact" dengan Austria
Piala Dunia 1982 di Spanyol menyimpan salah satu skandal paling memalukan dalam sejarah sepakbola, yang melibatkan Jerman Barat dan Austria. Dalam pertandingan babak grup, Jerman Barat dan Austria dihadapkan pada situasi di mana hasil tertentu akan menguntungkan kedua tim. Jerman Barat membutuhkan kemenangan dengan selisih satu atau dua gol untuk melaju ke babak berikutnya, sementara Austria hanya perlu kalah dengan selisih kecil.
Pertandingan ini, yang dikenal sebagai "Disgrace of Gijn," berakhir dengan kemenangan Jerman Barat 1-0. Namun, kedua tim tampak bermain tanpa semangat kompetitif, seolah-olah mereka telah sepakat untuk tidak mencetak gol lagi setelah Jerman unggul. Skandal ini memicu kemarahan global dan memaksa FIFA untuk mengubah format pertandingan grup di Piala Dunia berikutnya, dengan memastikan bahwa pertandingan terakhir dalam grup dimainkan secara bersamaan.